Jakarta, 11 November 2025 – Pasar saham Indonesia kembali dilanda gejolak setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat menyentuh rekor tertinggi di atas 8.400 poin, kini merosot tajam. Pada perdagangan Selasa (11/11/2025), IHSG dibuka menguat tipis di level 8.437,96, naik 0,56% atau 46,72 poin dari penutupan sebelumnya. Namun, sentimen negatif segera mendominasi, mendorong indeks ini anjlok hingga 0,35% ke posisi 8.361,75 pada jeda sesi I. Penurunan ini terjadi setelah IHSG sempat mencapai puncak 8.455,94 pada Senin (10/11/2025), mencerminkan volatilitas tinggi di tengah ketidakpastian global dan domestik. Analis pasar memperingatkan, jika tren ini berlanjut, bisa memicu efek domino pada perekonomian nasional.
Penurunan IHSG hari ini dipicu oleh aksi profit taking masif pasca-rally bullish akhir pekan lalu. Investor, baik ritel maupun institusi, beramai-ramai mengamankan keuntungan setelah IHSG tembus 8.400, yang didorong oleh rebound bursa Asia dan penguatan Wall Street berkat kemajuan negosiasi akhir shutdown pemerintah AS. Namun, kekhawatiran valuasi saham AI yang overbought, seperti yang terlihat di Nasdaq, membuat pasar global ragu. Di sisi domestik, data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Oktober 2025 yang naik tipis ke 121,2 poin tak cukup menenangkan investor, sementara defisit APBN yang melebar hingga Rp371,5 triliun per September 2025 menjadi beban berat. “Profit taking alami setelah ATH, tapi ditambah sentimen defisit fiskal membuat IHSG rentan pullback ke support 8.350,” ujar analis BRI Danareksa Sekuritas, Herditya dari Phintraco Sekuritas.
IHSG Kembali Turun Setelah Sentuh Level 8.400, InI Dampaknya
Sektor-sektor pemberat utama termasuk perbankan dan konglomerat. Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) turun 3,01%, menyumbang tekanan 17,94 poin indeks, sementara Barito Pacific (BRPT) merosot 6,41% akibat spekulasi regulasi BUMN. Saham teknologi seperti GOTO dan BUKA justru jadi penyelamat dengan kenaikan 3,87%, tapi tak cukup angkat IHSG secara keseluruhan. Volume transaksi mencapai Rp5,10 triliun pada sesi pagi, dengan 304 saham melemah berbanding 206 menguat. Investor asing yang sempat net buy Rp103 miliar Senin kemarin, kini beralih ke mode wait-and-see, khawatir ketegangan dagang AS-China yang memanas lagi usai pernyataan Trump soal tarif 100% pada impor China mulai November.
Dampak penurunan IHSG ini tak hanya terasa di kalangan investor saham, tapi merembet ke seluruh lapisan perekonomian Indonesia. Pertama, capital outflow berpotensi meningkat, di mana investor asing menarik dana hingga miliaran dolar, melemahkan rupiah ke level Rp16.650 per USD. Hal ini sudah terlihat dari kenaikan permintaan dolar sebagai safe haven, yang bisa picu inflasi impor dan naiknya harga bahan pokok seperti minyak goreng dan kedelai. “Penurunan IHSG mencerminkan hilangnya kepercayaan, berujung pada pelemahan rupiah dan tekanan pada neraca perdagangan,” kata Dr. Muhammad Saiful Hakim, pakar ekonomi ITS, yang memprediksi pertumbuhan PDB 2025 bisa tergerus 0,5% jika volatilitas berlanjut.
Kedua, dampaknya pada perusahaan tercatat di BEI sangat signifikan. Emiten kesulitan akses pendanaan murah melalui rights issue atau obligasi, memaksa penundaan ekspansi. Sektor properti dan infrastruktur, yang bergantung pada pasar modal, berisiko PHK massal—seperti yang terjadi saat IHSG anjlok 5% Maret lalu, di mana ribuan pekerja dirumahkan. Penerimaan pajak negara pun lesu: pajak transaksi saham turun seiring volume perdagangan merosot, sementara PPh badan dari laba perusahaan menyusut. Direktorat Jenderal Pajak memperkirakan kerugian Rp10-15 triliun jika IHSG stagnan di bawah 8.300 hingga akhir tahun.
Ketiga, bagi masyarakat umum, penurunan IHSG berarti daya beli terkikis. Konsumsi rumah tangga, penyumbang 55% PDB, bisa turun karena kekayaan keluarga yang berinvestasi saham (seperti reksadana) menyusut, memicu pengurangan belanja non-esensial. Akses ke layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan pun terancam bagi kelompok menengah bawah, terutama di tengah defisit APBN yang membatasi belanja sosial. “IHSG bukan cuma angka, tapi barometer stabilitas. Jika turun berkepanjangan, bisa picu gejolak sosial seperti demo buruh,” tambah Saiful.
Pemerintah dan OJK tak tinggal diam. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menjanjikan stimulus fiskal Rp50 triliun untuk sektor UMKM guna redam efek spillover, sementara BI siap intervensi valas jika rupiah tembus Rp16.800. Analis merekomendasikan diversifikasi ke saham defensif seperti ASSA, BREN, dan ENRG, dengan target rebound IHSG ke 8.478 jika data penjualan ritel September positif. Meski demikian, para ekonom menekankan perlunya reformasi struktural: perbaiki tata kelola BUMN dan kurangi defisit untuk pulihkan kepercayaan. bolaqiuqiu
Penurunan IHSG ini jadi pengingat bahwa pasar saham tak kebal dari guncangan. Bagi investor ritel, saatnya evaluasi portofolio—jangan panic selling, tapi fokus jangka panjang. Ekonomi Indonesia tetap resilien, tapi tanpa langkah cepat, dampaknya bisa lebih dalam dari sekadar angka merah di layar BEI. Pantau terus, karena besok bisa jadi hari baru bagi Garuda di bursa.


