
BolaQiuQiu – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali membuat pernyataan kontroversial yang menggemparkan dunia. Dalam rekaman audio dari penggalangan dana kampanye 2024 di New York dan Florida, yang dirilis CNN pada 9 Juli 2025, Trump mengaku pernah mengancam Presiden China Xi Jinping bahwa AS akan “mengebom Beijing habis-habisan” jika China menginvasi Taiwan. Ancaman ini disampaikan dalam konteks upayanya mencegah konflik di Selat Taiwan, meskipun Xi disebut hanya mempercayai ancaman tersebut “10 persen”.
Trump, dalam rekaman tersebut, mengungkapkan bahwa ia menggunakan pendekatan serupa terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin, mengancam akan mengebom Moskow jika Rusia menginvasi Ukraina. “Saya bilang ke Xi, jika kamu masuk ke Taiwan, saya akan membom Beijing. Dia pikir saya gila, tapi dia percaya 10 persen, dan itu cukup,” ujar Trump, menurut laporan CNN yang diperoleh dari jurnalis Josh Dawsey, Tyler Pager, dan Isaac Arnsdorf untuk buku mereka, 2024: How Trump Retook the White House. Trump mengklaim pendekatan keras ini membuatnya tidak pernah memiliki masalah dengan Xi selama masa kepresidenannya.
Trump Mengancam Akan Mengebom Beijing, Jika Menginvasi Taiwan
Pernyataan ini memicu reaksi beragam. Juru bicara Kedutaan China di Washington, Liu Pengyu, mengaku “tidak mengetahui situasi tersebut” saat dimintai komentar oleh Newsweek. Sementara itu, media China seperti Beijing News dan Guancha dilaporkan menyensor bagian rekaman yang menyebut ancaman terhadap Beijing, meskipun pernyataan soal Moskow menyebar luas di Weibo dengan lebih dari 24 juta tayangan. Hal ini menunjukkan sensitivitas Beijing terhadap isu Taiwan, yang dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari wilayahnya.
Pemerintah Taiwan belum memberikan komentar resmi, tetapi ancaman Trump ini muncul di tengah ketegangan regional yang meningkat. Pada 8 Juli 2025, Kementerian Pertahanan China menyebut latihan militer tahunan Taiwan, Han Kuang, sebagai “bluff dan penipuan diri” yang tidak akan menghentikan “reunifikasi” dengan daratan. Taiwan sendiri baru saja memulai latihan tersebut pada 9 Juli, menggunakan senjata AS seperti sistem roket HIMARS untuk memperkuat pertahanan terhadap potensi invasi China.
Di AS, pernyataan Trump menuai kritik dan dukungan. Juru bicara Gedung Putih, Anna Kelly, menegaskan bahwa “Rusia tidak berani menginvasi Ukraina saat Trump menjabat,” menyiratkan efektivitas pendekatan kerasnya. Namun, beberapa analis menilai ancaman ini berisiko memicu eskalasi militer, terutama mengingat China memiliki 900 rudal jarak pendek yang mampu menyerang Taiwan. Sementara itu, Trump juga pernah menyatakan bahwa Taiwan harus membayar lebih untuk perlindungan AS, membandingkannya dengan “polis asuransi”. bolaqiuqiu
Dengan hubungan AS-China yang kian tegang, termasuk pembatalan pembicaraan pengendalian senjata oleh Beijing akibat penjualan senjata AS ke Taiwan, ancaman Trump ini menambah ketidakpastian geopolitik. Indonesia, sebagai anggota BRICS yang menghadapi ancaman tarif tambahan 10% dari Trump, turut memantau situasi ini karena dampaknya pada stabilitas kawasan. Dunia kini menanti respons resmi Beijing dan apakah ancaman ini akan memengaruhi dinamika di Selat Taiwan.