Indonesia dan Uni Eropa Capai Kesepakatan Tarif Perdagangan 0%

Jakarta, 26 Juli 2025 – Indonesia dan Uni Eropa (UE) mencapai terobosan bersejarah dalam hubungan dagang bilateral dengan kesepakatan tarif perdagangan 0% untuk sejumlah komoditas utama, yang diumumkan dalam putaran ke-19 negosiasi Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-EU CEPA) di Brussels, Belgia, pada Jumat (25/7). Kesepakatan ini, yang mencakup produk pertanian, perikanan, dan tekstil, menjadi langkah strategis untuk meningkatkan ekspor Indonesia ke pasar Eropa, sekaligus meredam dampak ancaman tarif 32% dari Amerika Serikat yang akan berlaku mulai 1 Agustus 2025.

Menteri Perdagangan Indonesia, Zulkifli Hasan, menyebut kesepakatan ini sebagai “kemenangan besar” bagi perekonomian Indonesia. Dalam konferensi pers virtual, ia menjelaskan bahwa tarif 0% akan berlaku untuk komoditas seperti minyak kelapa sawit, kopi, kakao, tekstil, alas kaki, dan produk perikanan, yang merupakan andalan ekspor Indonesia ke UE. Pada 2024, nilai ekspor Indonesia ke UE mencapai 18,5 miliar dolar AS, dengan pangsa pasar terbesar di Belanda, Jerman, dan Italia. Kesepakatan ini diproyeksikan meningkatkan ekspor hingga 25% dalam tiga tahun ke depan, sekaligus mengurangi ketergantungan Indonesia pada pasar AS dan China.

Indonesia dan Uni Eropa Capai Kesepakatan Tarif Perdagangan 0%

Negosiasi I-EU CEPA, yang dimulai pada 2016, sempat terhambat oleh isu deforestasi terkait minyak sawit dan regulasi lingkungan UE. Namun, komitmen Indonesia untuk menerapkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan Sertifikasi Keberlanjutan untuk Kakao dan Kopi berhasil meyakinkan UE. Delegasi UE, yang dipimpin oleh Komisioner Perdagangan Valdis Dombrovskis, juga menyetujui akses pasar bebas hambatan untuk produk Eropa seperti mesin, farmasi, dan produk susu ke Indonesia. “Ini adalah kemitraan yang saling menguntungkan, memperkuat rantai pasok global dan keberlanjutan,” ujar Dombrovskis.

Kesepakatan ini sangat krusial bagi Indonesia di tengah tekanan perdagangan global, terutama setelah kegagalan negosiasi dengan AS untuk membatalkan tarif 32%. Ekonom dari Universitas Indonesia, Fithra Faisal, menilai langkah ini sebagai strategi cerdas untuk diversifikasi pasar. “Dengan tarif 0% ke UE, Indonesia bisa mengalihkan ekspor tekstil dan alas kaki yang terdampak tarif AS. Ini juga peluang untuk menarik investasi Eropa ke sektor manufaktur,” katanya. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ekspor tekstil dan pakaian jadi ke UE pada 2024 mencapai 2,3 miliar dolar AS, dan kesepakatan ini berpotensi meningkatkan nilai tersebut hingga 3 miliar dolar AS pada 2026.

Namun, tantangan tetap ada. Ketua Asosiasi Produsen Minyak Sawit Indonesia (Gapki), Eddy Martono, meminta pemerintah memastikan implementasi sertifikasi ISPO tidak membebani petani kecil, yang menyumbang 40% produksi sawit nasional. Sementara itu, pelaku industri tekstil, seperti PT Sri Rejeki Isman Tbk, menyambut baik kesepakatan ini, berharap dapat meningkatkan daya saing produk Indonesia melawan Vietnam dan Bangladesh, yang telah memiliki perjanjian serupa dengan UE. bolaqiuqiu

Pemerintah Indonesia kini fokus pada ratifikasi kesepakatan ini melalui DPR RI sebelum akhir 2025, dengan target implementasi penuh pada Maret 2026. Langkah ini juga diharapkan memperkuat posisi Indonesia di ASEAN, terutama setelah ketegangan perbatasan antara Thailand dan Kamboja mengancam stabilitas kawasan. Dengan kesepakatan ini, Indonesia tidak hanya memperluas pasar ekspor, tetapi juga memperkuat hubungan diplomatik dengan UE, membuka peluang kerja sama di bidang teknologi hijau dan energi terbarukan. Publik kini menanti dampak nyata kesepakatan ini bagi perekonomian nasional.

Related Posts

Kesepakatan Damai Thailand-Kamboja Menuju Genjatan Senjata

Jakarta, 27 Juli 2025 – Ketegangan di perbatasan Thailand-Kamboja, yang memanas akibat sengketa wilayah di sekitar Candi Preah Vihear, akhirnya mereda setelah kedua negara mencapai kesepakatan damai dalam mediasi yang…

Thailand dan Kamboja Semakin Tegang hingga Memicu Peperangan

Jakarta, 26 Juli 2025 – Konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja kembali memanas, mencapai titik eskalasi terparah dalam lebih dari satu dekade setelah baku tembak, serangan udara, dan ledakan ranjau…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *