
Kisah tragis menimpa seorang balita bernama Raya, berusia tiga tahun, asal Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Raya meninggal dunia pada 22 Juli 2025 di RSUD R Syamsudin SH, Kota Sukabumi, setelah tubuhnya dipenuhi cacing akibat infeksi parah yang dikenal sebagai askariasis, disebabkan oleh cacing gelang (Ascaris lumbricoides). Kasus ini menjadi sorotan publik setelah video kondisi Raya viral di media sosial, menunjukkan cacing hidup keluar dari hidung, mulut, dan anusnya, dengan total lebih dari satu kilogram cacing dikeluarkan dari tubuhnya.
Raya pertama kali dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Syamsudin pada 13 Juli 2025 sekitar pukul 20.00 WIB dalam kondisi kritis dan tidak sadarkan diri sejak sehari sebelumnya. Menurut dr. Irfan, dokter IGD sekaligus humas rumah sakit, Raya mengalami syok akibat dehidrasi berat. Saat pemeriksaan, tim medis terkejut menemukan cacing keluar dari hidungnya, yang mengindikasikan infeksi cacing gelang yang sangat parah. Raya kemudian dirujuk ke ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU) untuk perawatan intensif, namun nyawanya tidak dapat diselamatkan setelah sembilan hari perawatan.
Anak Balita Meninggal di Sukabumi, Tubuh Dipenuhi Infeksi Cacing
Askariasis adalah infeksi parasit yang umum di dunia, terutama di daerah dengan sanitasi buruk. Penyakit ini ditularkan melalui makanan, minuman, atau tangan yang terkontaminasi telur cacing dari kotoran manusia. Setelah masuk ke tubuh, telur menetas di usus, dan larva cacing dapat menyebar melalui aliran darah ke organ vital seperti paru-paru dan otak. Gejala awal meliputi batuk, demam, dan sakit perut, tetapi pada kasus berat seperti Raya, cacing dapat menyebabkan obstruksi usus, gangguan nutrisi, hingga kerusakan organ vital. Dalam kasus Raya, cacing ditemukan telah menyebar hingga ke saluran pernapasan dan otak, memperparah kondisinya.
Kondisi lingkungan dan pola hidup Raya turut memperburuk infeksi. Ia tinggal di rumah panggung sederhana dengan tanah terbuka di bawahnya, tempat ia sering bermain tanpa alas kaki bersama ayam. Kebiasaan ini meningkatkan risiko tertelan telur cacing dari tanah yang terkontaminasi. Selain itu, kedua orang tua Raya diketahui mengalami gangguan jiwa (ODGJ), dan ayahnya menderita tuberkulosis (TB), yang diduga juga menjadi komplikasi pada Raya, kemungkinan dalam bentuk TB meningitis. Keterbatasan keluarga, termasuk tidak adanya BPJS dan identitas kependudukan, membuat Raya tidak mendapatkan perawatan medis yang memadai sebelum kondisinya memburuk.
Menurut bidan desa, Cisri Maryati, Raya termasuk anak dengan status gizi buruk (Bawah Garis Merah) sejak kecil dan rutin dipantau di posyandu. Ia juga menerima obat cacing setiap enam bulan, terakhir pada Februari 2025. Namun, upaya rujukan ke ahli gizi terhambat karena orang tua menolak, memperparah kondisi Raya yang akhirnya hanya diobati secara tradisional dengan air hangat dan daun singkong.
Kasus ini memicu reaksi keras dari berbagai pihak. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyatakan kekecewaannya dan menunda pencairan dana desa Cianaga sebagai sanksi atas kelalaian perangkat desa dalam menangani kesehatan warga. Anggota DPR dari Komisi VIII dan IX juga menyoroti kelalaian pemerintah daerah dalam memastikan sanitasi dan edukasi kesehatan masyarakat.
Kematian Raya menjadi pengingat akan pentingnya kebersihan lingkungan dan pola hidup sehat, terutama bagi anak-anak. Dokter menyarankan pencegahan melalui cuci tangan sebelum makan, konsumsi makanan matang, mencuci sayur dan buah, serta penggunaan alas kaki saat bermain di tanah. Pemberian obat cacing secara rutin juga penting untuk mencegah infeksi parah. Kasus ini menegaskan perlunya perhatian serius terhadap sanitasi, akses kesehatan, dan edukasi di daerah terpencil untuk mencegah tragedi serupa. bolaqiuqiu
Kisah pilu Raya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan masyarakat. Tragedi ini menjadi tamparan keras bagi semua pihak untuk memperbaiki sistem kesehatan dan pengawasan anak-anak di lingkungan rentan, agar tidak ada lagi nyawa yang hilang akibat kelalaian yang dapat dicegah.