
Pada Senin, 8 September 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan sebesar 1,28% atau sekitar 100,5 poin, ditutup pada level 7.766,85. Penurunan ini terjadi setelah pengumuman reshuffle kabinet oleh Presiden Prabowo Subianto, yang mencakup penggantian Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dengan Purbaya Yudhi Sadewa. Pergantian ini memicu reaksi negatif di pasar saham, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap ketidakpastian kebijakan fiskal di masa depan.
Latar Belakang Penurunan IHSG
Sebelum pengumuman reshuffle, IHSG sempat bergerak positif di kisaran 7.783 hingga 7.934,99 pada sesi pagi. Namun, setelah pengumuman resmi sekitar pukul 15.30 WIB, indeks langsung anjlok ke zona merah, mencapai titik terendah harian di 7.737,56. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat volume transaksi mencapai Rp19,59 triliun dengan frekuensi perdagangan lebih dari 2,19 juta kali. Sebanyak 463 saham melemah, 252 menguat, dan 241 stagnan, menunjukkan tekanan jual yang masif, terutama pada saham-saham blue chip seperti perbankan dan properti.
Pergantian Sri Mulyani, yang dikenal sebagai figur kredibel dalam menjaga stabilitas fiskal dan memiliki reputasi kuat di mata investor global, menjadi pemicu utama penurunan ini. Sri Mulyani, yang menjabat sejak era Presiden Joko Widodo, telah berhasil menjaga defisit anggaran dan menarik investasi asing melalui kebijakan fiskal yang transparan. Penggantinya, Purbaya Yudhi Sadewa, meskipun memiliki pengalaman sebagai Ketua Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan di sektor pasar modal sejak tahun 2000, masih dianggap perlu membuktikan kredibilitasnya di ranah fiskal yang kompleks.
IHSG Mengalami Penurunan Akibat dari Pergantian Menteri Keuangan
Reaksi Pasar dan Analisis
Menurut Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta, dinamika pergantian Menteri Keuangan memicu aksi jual karena investor khawatir akan perubahan arah kebijakan ekonomi. Sektor keuangan turun 1,69%, diikuti properti (-1,58%), teknologi (-1,77%), dan infrastruktur (-1,82%). Saham bank besar seperti BBCA (turun 2,81%), BMRI (turun 3,42%), dan BBRI (turun 1,25%) menjadi pemberat utama IHSG. Namun, saham emiten rokok seperti HM Sampoerna (naik 17,76%) dan Gudang Garam (naik 12,5%) justru melonjak, diduga karena ekspektasi pelonggaran kebijakan cukai pasca-pergantian menteri.
Ekonom Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, menilai reaksi pasar ini bersifat sementara. Ia menyebut Purbaya sebagai figur “market-friendly” dengan pengalaman di lingkungan pemerintahan, sehingga gejolak pasar diperkirakan mereda seiring komunikasi kebijakan yang jelas. Namun, tantangan bagi Purbaya adalah menjaga sinergi dengan wakil menteri dan eselon terkait untuk implementasi kebijakan fiskal yang konsisten.
Dampak Lebih Luas
Penurunan IHSG juga berdampak pada nilai tukar rupiah, yang melemah 0,38% ke kisaran Rp16.320–16.378 per USD, menjadikannya salah satu hari terburuk bagi rupiah di 2025. Ketidakpastian domestik ini diperparah oleh sentimen global, seperti kebijakan tarif perdagangan AS di era Trump 2.0, yang turut menekan pasar emerging markets seperti Indonesia. Investor asing mencatatkan net foreign sell sebesar Rp525,94 miliar, memperburuk tekanan pada IHSG.
Peluang Rebound dan Langkah Pemerintah
Meski mengalami penurunan, beberapa analis optimistis IHSG berpotensi rebound dalam jangka pendek. Purbaya Yudhi Sadewa, dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Keuangan, menyatakan keyakinannya bahwa pasar akan pulih seiring waktu, mengingat pengalamannya di pasar modal dan dukungan tim ekonom berpengalaman. Pemerintah juga diharapkan segera memberikan sinyal kebijakan yang jelas untuk meredam kekhawatiran investor. bolaqiuqiu
Analis Phintraco Sekuritas menyarankan investor untuk fokus pada saham-saham defensif dengan fundamental kuat, seperti saham perbankan besar, untuk memanfaatkan potensi rebound. Pengalaman sebelumnya, seperti penurunan IHSG pada Maret 2025 yang diikuti rebound 0,98% setelah klarifikasi pemerintah, menunjukkan bahwa pasar cenderung stabil setelah ketidakpastian mereda.
Kesimpulan
Penurunan IHSG pada 8 September 2025 mencerminkan sensitivitas pasar terhadap perubahan kepemimpinan di sektor keuangan. Pergantian Sri Mulyani dengan Purbaya Yudhi Sadewa menimbulkan ketidakpastian yang memicu aksi jual investor, terutama asing. Namun, dengan komunikasi kebijakan yang tepat dan langkah strategis dari pemerintah, pasar berpotensi pulih dalam waktu dekat. Investor disarankan tetap tenang, menghindari panic selling, dan memantau sinyal dari Kementerian Keuangan serta Bank Indonesia untuk menavigasi volatilitas pasar.