
Jakarta, 27 Juli 2025 – Ketegangan di perbatasan Thailand-Kamboja, yang memanas akibat sengketa wilayah di sekitar Candi Preah Vihear, akhirnya mereda setelah kedua negara mencapai kesepakatan damai dalam mediasi yang difasilitasi ASEAN di Jakarta pada Sabtu (26/7). Kesepakatan ini, yang ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Thailand Maris Sangiampongsa dan Menteri Luar Negeri Kamboja Prak Sokhonn, menandai berakhirnya konflik bersenjata yang telah menewaskan 16 warga sipil dan satu tentara dalam dua bulan terakhir. Perbatasan Preah Vihear kini kembali tenang, dengan kedua pihak berkomitmen menjaga perdamaian jangka panjang.
Konflik ini bermula pada Mei 2025, ketika baku tembak di Provinsi Preah Vihear, Kamboja, dan Ubon Ratchathani, Thailand, menewaskan seorang tentara Kamboja. Ketegangan meningkat dengan ledakan ranjau darat pada 16 dan 23 Juli, yang melukai dua tentara Thailand, diikuti serangan udara Thailand menggunakan jet F-16 dan balasan artileri Kamboja pada 24 Juli. Sengketa berpusat pada wilayah 4,6 km² di sekitar Candi Preah Vihear, situs warisan UNESCO yang menjadi milik Kamboja berdasarkan putusan Mahkamah Internasional (ICJ) 1962 dan 2013, tetapi masih diklaim Thailand berdasarkan peta kolonial Prancis 1907.
Mediasi ASEAN, yang dipimpin Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, berhasil membawa kedua pihak ke meja perundingan setelah tekanan internasional dari PBB dan negara seperti Indonesia, AS, dan China. Kesepakatan damai mencakup empat poin utama: gencatan senjata permanen, pembentukan zona demiliterisasi (DMZ) selebar 2 km di sekitar candi, patroli bersama oleh pasukan Thailand dan Kamboja, serta pembentukan komite bilateral untuk menyelesaikan sengketa peta dalam enam bulan. “Ini adalah kemenangan diplomasi ASEAN. Kami berkomitmen menjaga stabilitas kawasan,” ujar Anwar dalam konferensi pers di Jakarta.
Thailand setuju mencabut penutupan perbatasan dan ancaman memutus pasokan listrik serta internet ke Kamboja, sementara Kamboja membatalkan embargo terhadap impor buah, sayuran, dan konten hiburan Thailand. Lebih dari 100.000 warga Thailand di Surin dan Ubon Ratchathani serta 1.500 keluarga Kamboja di Oddar Meanchey mulai kembali ke rumah mereka, dengan bantuan kemanusiaan dari Palang Merah ASEAN. Menteri Kesehatan Thailand Somsak Thepsuthin memastikan 46 korban luka, termasuk 15 tentara, mendapat perawatan penuh, sementara Kamboja melaporkan satu warga sipil tewas dan tujuh luka.
Kesepakatan ini mendapat sambutan hangat dunia internasional. Dewan Keamanan PBB, dalam pernyataan pada 26 Juli, mengapresiasi langkah cepat ASEAN dan menyerukan implementasi penuh kesepakatan. Indonesia, melalui Wakil Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Lodewijk Freidrich Paulus, menegaskan kesiapan memantau kepatuhan kedua negara terhadap kesepakatan. “Kami akan memastikan tidak ada WNI yang terdampak dan mendukung stabilitas ASEAN,” katanya. Namun, beberapa pengamat, seperti Hikmahanto Juwana dari Universitas Indonesia, memperingatkan bahwa penyelesaian permanen membutuhkan komitmen kuat untuk menyelesaikan sengketa peta, mengingat sejarah konflik yang berulang sejak 2008. bolaqiuqiu
Publik di kedua negara menyambut gembira kembalinya perdamaian, dengan tagar #PeacePreahVihear trending di X, mencatatkan lebih dari 120.000 unggahan. Namun, sentimen nasionalis di Thailand dan Kamboja tetap menjadi tantangan, terutama setelah skandal bocornya rekaman percakapan antara PM Thailand Paetongtarn Shinawatra dan mantan PM Kamboja Hun Sen. Dengan komitmen bersama dan dukungan ASEAN, kawasan berharap konflik Preah Vihear tidak kembali memanas, memungkinkan fokus pada kerja sama ekonomi dan stabilitas regional.