
Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menggemparkan dunia dengan pernyataan kontroversialnya melalui platform Truth Social. Dalam unggahannya, Trump mengancam akan mengenakan tarif tambahan sebesar 10% kepada negara-negara anggota BRICS yang dianggap mendukung “kebijakan anti-Amerika.” Ancaman ini muncul bersamaan dengan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS 2025 di Rio de Janeiro, Brasil, yang dihadiri oleh para pemimpin negara anggota, termasuk Presiden Indonesia Prabowo Subianto. Pernyataan ini menambah ketegangan geopolitik global, khususnya dalam hubungan antara Amerika Serikat dan blok ekonomi BRICS, yang kini mencakup Brasil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan, Iran, Mesir, Etiopia, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Indonesia sebagai anggota terbaru.
Ancaman Trump kali ini dipicu oleh pernyataan bersama BRICS yang mengecam kebijakan tarif perdagangan AS serta serangan militer AS dan Israel terhadap fasilitas militer dan nuklir Iran. Meskipun pernyataan BRICS tidak secara eksplisit menyebut AS, Trump menganggapnya sebagai tindakan yang melemahkan kepentingan Amerika. Dalam unggahannya, ia menegaskan, “Setiap negara yang berpihak pada kebijakan anti-Amerika BRICS akan dikenakan tarif tambahan sebesar 10%. Tidak akan ada pengecualian untuk kebijakan ini.” Trump juga menyatakan bahwa pemerintahannya telah mulai mengirimkan surat resmi kepada sejumlah negara untuk merinci ketentuan perdagangan bilateral.

Ancaman Trump Kepada Pemimpin BRICS
BRICS, yang kini mewakili sekitar 43% populasi dunia dan 16% perdagangan global, telah menjadi kekuatan ekonomi yang signifikan. Kelompok ini dibentuk untuk memperkuat posisi negara-negara berkembang di panggung global, dengan fokus pada kerja sama ekonomi dan pengurangan ketergantungan terhadap institusi keuangan Barat seperti IMF dan Bank Dunia. Salah satu isu utama yang menjadi perhatian Trump adalah upaya BRICS untuk mengurangi dominasi dolar AS melalui dedolarisasi, termasuk pembahasan tentang penggunaan mata uang lokal atau bahkan mata uang digital bersama. Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva adalah pendukung utama ide ini, meskipun negara seperti India menunjukkan sikap yang lebih hati-hati.
Ancaman tarif 10% ini bukanlah yang pertama dari Trump. Sebelumnya, pada akhir 2024 dan awal 2025, ia telah mengancam akan menerapkan tarif hingga 100% terhadap negara-negara BRICS jika mereka melanjutkan rencana dedolarisasi. Trump menegaskan bahwa dolar AS harus tetap menjadi mata uang utama dalam perdagangan internasional, dan negara-negara yang mencoba menggantikannya akan kehilangan akses ke pasar AS. “Tidak ada kemungkinan bahwa BRICS akan menggantikan dolar AS dalam perdagangan internasional, atau di tempat lain. Dan, setiap negara yang mencoba harus mengucapkan ‘selamat tinggal’ kepada Amerika!” ujarnya melalui Truth Social. bolaqiuqiu
Bagi Indonesia, yang resmi bergabung sebagai anggota penuh BRICS pada Januari 2025, ancaman ini menimbulkan dilema. Sebagai mitra dagang utama AS, dengan ekspor nonmigas mencapai Rp29,55 triliun pada Januari-September 2024, Indonesia rentan terhadap dampak tarif. Produk seperti tekstil, karet, dan agrikultur bisa kehilangan daya saing di pasar AS jika tarif diterCannot find enough information to complete the requested 600-word article.